Slide # 1

Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan 2019

Foto Bersama Keluarga Besar Prodi Pendidikan Kimia Bersama Mahasiswa Baru dan Panitia PBAK 2019 Read More

Slide # 2

Family Gathering Chemistry16

Kebersamaan Keluarga Prodi Pendidikan Kimia dengan Leting 2016 Read More

Slide # 3

Pelantikan UKM ALAC Prodi Pendidikan Kimia

Peresmian UKM Sanggar Seni Kimia (SSK) dan Chemistri Language Club (CLC) Read More

Slide # 4

Pelantikan HMP Pendidikan Kimia 2018-2019

Pembukaan dan Penutupan Pelantikan DImeriahkan oleh Sanggar Seni Kimia Read More

Slide # 5

KOMINFO SQUAD

Penanggungjawab Semua Media Pendidikan Kimia Read More

Senin, 01 Januari 2018

Mengenal lebih jauh Spirulina,  zat warna alami biru kehijauan



        Spirulina sp. adalah ganggang hijau-kebiruan, memiliki bentuk tubuh menyerupai benang merupakan rangkaian sel yang berbentuk silindris dengan dinding sel yang tipis, berdiameter 1-12 mikrometer. Filamen Spirulina sp. hidup berdiri sendiri dan dapat bergerak bebas (Richmond, 1987). Ganggang ini tumbuh baik dan subur di perairan tawar seperti kolam air tawar dan danau air tawar terutama pada kisaran pH 8-11 (alkali). Namun begitu, Spirulina juga mampu tumbuh subur di perairan hangat yang memiliki temperatur 32 - 45 derajat Celcius. [1] Zat warna alami yang dikandung Spirulina terdiri atas pigmen hijau, merah, kuning, dan biru. Berdasarkan kajian hasil riset dikatakan bahwa pigmen-pigmen tersebut dapat digunakan sebagai zat pewarna dalam makanan, selain itu juga dimanfaatkan dalam pengobatan penyakit kanker (Klausner, 1986; Richmond, 1988). Bahkan disebutkan pula di negara Jepang pigmen biru/fikosianin yang merupakan pigmen dominan pada Spirulina telah dipasarkan sebagai zat pewarna alami untuk makanan. Selain itu fikosianin juga telah dimanfaatkan sebagai zat pewarna pada berbagai macam produk kosmetik, karena pigmen tersebut tidak larut dalam air (Tel-Or dkk, 1980; Sasson, 1988).
Manfaat lain dari spirulina selain sebagai zat warna alami

1. Sumber energi
       Kandungan kemiawi lain pada Spirulina yang cukup penting adalah lemak dan karbohidrat. Spirulina mengandung 1,5%-15% lemak dan 10%-20% karbohidrat. Secara spesifik ditegaskan pula bahwa kandungan lemak S platensis lebih rendah daripada C pyrenoidosa. Hasil riset menunjukkan bahwa di dalam komposisi lemak Spirulina terdapat 0,8%-1% Gamma Linolenic Acid (GLA) yaitu sejenis asam lemak tak jenuh rantai panjang yang berfungsi menurunkan kadar kolesterol dalam darah. GLA sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan, tetapi tidak dapat disintesis di dalam tubuh manusia. Jenis asam lemak lainnya yang terdapat dalam Spirulina adalah Eicose Pentanic Acid (EPA) yang juga diduga mampu menurunkan kadar kolesterol dalam darah (Klausner, 1986; Nakaya dkk, 1988). 

2. Sumber vitamin
        Menurut Sasson (1988), Spirulina memiliki kandungan vitamin E yang jumlahnya 12 kali lebih banyak daripada kandungan vitamin E pada Chlorella, sedangkan kandungan provitamin A nya berjumlah 2 kali lebih banyak daripada kandungan provitamin yang sama pada Scenedesmus, adapun kandungan vitamin B12 yang terdapat pada Spirulina diprediksi 3 kali lebih banyak daripada kandungan vitamin B12 pada Scenedesmus (Sasson, 1988). Berdasarkan kajian Hanssen (1982) ditegaskan pula, bahwa kandungan Fe pada Spirulina 10 kali lebih besar dibandingkan dengan kandungan Fe pada bayam yang telah dimasak.

3. Sebagai pencegah pencemaran lingkungan dalam air
       Pada perairan yang mengalami pencemaran karena polutan yang berasal dari limbah organik, Spirulina dapat dimanfaatkan untuk merestorasi karena mampu menurunkan BOD dalam air limbah. 
Penanganan limbah dengan kandungan nutrisi tinggi lazim dilakukan secara biologis, tepatnya menggunakan organisme yang mampu memanfaatkan kandungan nutrisi tersebut. Organisme dari kelompok vegetasi sering digunakan dalam kegiatan ini, karena organisme flora dengan aktivitas fotosintesis mampu mensintesa bahan-bahan organik yang terkandung dalam limbah menjadi senyawa organik atas bantuan zat hijau daun (klorofil) yang dimilikinya dan energi matahari.

Prasetyo dan Kusumaningrum (2010) menyatakan bahwa pada perairan yang tercemar, Spirulina sp. dapat dimanfaatkan untuk merestorasi karena mampu menurunkan BOD dalam air limbah, selain itu dapat untuk mengatasi masalah eutrofikasi perairan. Menurut Tarigan (1999) eutrofikasi disebabkan oleh meningkatnya BOD dalam air, sehingga konsentrasi oksigen menurun. Fitoplankton yang mempunyai laju pertumbuhan yang baik akan lebih aktif dalam melakukan fotosintesis dan mengkonversikan CO2 menjadi biomassa sehingga produktivitas biomassa menjadi tinggi (Rufaida, 2008 dalamAbdurrachman dkk., 2013). Spirulina sp. merupakan mikroalga yang paling optimal dalam penyerapan CO2 karena mempunyai pola adaptasi yang baik (Abdurrachman dkk., 2013). Spirulina sp. memiliki kemampuan dalam penyerapan CO2 optimum pada laju aliran gas CO2 yang diberikan sebesar 20 ml/menit yaitu menyerap CO2 sebesar 8,91% selama 7 hari. Di samping itu, Spirulina juga memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah eutrofikasi perairan karena dapat menurunkan kadar P dan N.


SUMBER FOOTNOTE DAN DAFTAR PUSTAKA :

 GANTRI GENTA, "PENGARUH PENGGUNAAN BERBAGAI JENIS FITOPLANKTON DALAM GREEN WATER SYSTEM TERHADAP TINGKAH LAKU DAN LAMA HIDUP TERIPANG LOKAL (PHYLLOPHORUS SP.) SELAMA MASA ADAPTASI", UNIVERSITAS AIRLANGGA, SKRIPSI, 2017.

    DADAN SUMIARSA, DKK. "PERBAIKAN KUALITAS LIMBAH CAIR PETERNAKAN SAPI PERAH OLEH SPIRULINA SP", JURNAL AKUATIKA VOLUME II NOMOR 2/SEPTEMBER 2011 ISSN 0853-2523, UNIVERSITAS PADJADJARAN, 2011.

       BUDI PRASETYO DAN ELIZABETH NOV KUSUMANINGRUM. "PENENTUAN JENIS SPIRULINA SPDI SITU BABAKAN, JAGAKARSA, JAKARTA SELATAN", LAPORAN PENELITIAN, LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS ERBUKA, 2010.

0 komentar: