Slide # 1

Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan 2019

Foto Bersama Keluarga Besar Prodi Pendidikan Kimia Bersama Mahasiswa Baru dan Panitia PBAK 2019 Read More

Slide # 2

Family Gathering Chemistry16

Kebersamaan Keluarga Prodi Pendidikan Kimia dengan Leting 2016 Read More

Slide # 3

Pelantikan UKM ALAC Prodi Pendidikan Kimia

Peresmian UKM Sanggar Seni Kimia (SSK) dan Chemistri Language Club (CLC) Read More

Slide # 4

Pelantikan HMP Pendidikan Kimia 2018-2019

Pembukaan dan Penutupan Pelantikan DImeriahkan oleh Sanggar Seni Kimia Read More

Slide # 5

KOMINFO SQUAD

Penanggungjawab Semua Media Pendidikan Kimia Read More

Jumat, 20 Maret 2020


PENGOLAHAN EKSTRAK OLEORESIN KAYU MANIS (Cinnamomum bark) MENJADI ANTISEPTIK HAND SANITIZIER

Oleh:
Ainul Ihsan Mahendra
NIM. 160208016


Abstrak
Kayu Manis (Cinnamomum burmani) adalah bahan alami yang selama ini dikenal sebagai bumbu dalam masakan tetapi ternyata ada mengandung khasiat obat seperti antiseptik. Indonesia merupakan salah satu pengekspor kayu manis terbesar di dunia terutama yang berbentuk kulit kering, tetapi yang berbentuk serbuk dan oleoresin atau minyak atsiri sangat sedikit. Dilihat dari hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pemanfaatan kulit kayu manis terutama oleoresin menjadi antiseptik hand sanitizer. Kandungan dalam oleoresin kulit kayu manis (Cinnamomum bark) dapat menghambat dan membunuh bakteri ataupun kuman. Pembuatan hand sanitizer dari oleoresin Cinnamomum bark dilakukan dengan beberapa langkah yaitu penyediaan alat dan bahan, ektraksi kulit kayu manis dengan metode maserasi menggunakan etanol, pembuatan hand sanitizer dengan campuran alkohol dan aloe vera dan pengemasan produk. Dengan adanya pengembangan ini dapat meningkatkan ekonomi masyarakat Indonesia.
Kata Kunci: Kayu manis, maserasi, Cinnamomum bark, hand sanitizer

A.    Pendahuluan
Indonesia merupakan negara terbesar yang memiliki berbagai macam rempah-rempah. Setiap pelosok daerah Nusantara masih banyak yang menggunakan rempah-rempah pada masakan untuk menambahkan cita rasa, biasanya pada makanan tradisional. Contohnya kayu manis atau yang disebut juga Cinnamomum burmani yang merupakan salah satu contoh rempah-rempah yang masih digunakan oleh penduduk Indonesia. Daerah penghasil kayu manis ini banyak tersebar di Sumatera Barat, Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Produksi kayu manis di Indonesia sangat tinggi menurut data Kementerian Perindustrian (2008) Indonesia masih menjadi produsen dan eksportir utama kayu manis dengan pangsa pasar 25% senilai US$ 25,4 juta. Luas areal pertanaman kayu manis di Indonesia mencapai 135.000 hektar (Ha) dengan produksi 103.594 ton. Namun sejumlah Negara mulai menyaingi seperti, Tiongkok, Vietnam dan Sri Langka. Ekpor kayu manis Indonesia sebagian besar 95% dalam bentuk gulungan dan broken, sedangkan bentuk powder masih sangat sedikit.
Kayu manis (Cinnamomum burmani) di Indonesia biasanya digunakan untuk menambahkan citarasa dan aroma pada makanan dalam bentuk bubuk atau kulit. Tetapi seiring berkembangnya ilmu pengetahuan kulit kayu manis diolah menjadi minyak atsiri dan oleoresin yang akan diolah kembali menjadi sebuah produk. Pengolahan dan pemanfaatan minyak atsiri ataupun oleoresin di Indonesia lebih rendah dibandingkan dari Eropa dan Amerika, untuk itu Indonesia sangat berpeluang dalam meningkatkan hasil prosuksi minyak atsiri dan oleoresin karena Indonesia merupakan pengimpor terbesar di Dunia. Minyak atsiri didapat melalui destilasi sedangkan oleoresin didapatkan melalui ekstraksi dengan cara maserasi menggunakan pelarut organik seperti metanol, etanol ataupun isopropil alkohol.
Minyak atsiri dan oleoresin memiliki harga yang lebih mahal daripada bahan baku kulit kayu manisnya sehingga kebanyakan produsen menambahkan oleoresin pada makanan, minuman, farmasi, pewarna dan lain-lain. Menurut Sulaswaty (2002) ekstrak kayu manis oleoresin memiliki keuntungan apabila dibandingkan dengan bahan bakunya yaitu lebih ekonomis, lebih mudah dikontrol dan lebih bersih. Dan ekstrak kulit kayu manis minyak atsiri memiliki keuntungan juga yaitu flavor stabil terhadap panas selama pengolahan.
Oleoresin kayu manis (Cinnamon bark) memiliki kegunaan yang sangat bagus dalam pembersihan dari kuman yang bisa diolah untuk menjadi antiseptik. Antiseptik ini dibuat dalam berupa gel dan spray agar penggunaannya lebih memudahkan para konsumen menggunakannya yang disebut juga hand sanitizer. Menurut penelitian Noviano (2016) menyatakan bahwa kulit kayu manis dapat menghambat bakteri Escherichia coli dan Streptococcus pyogenes yang memperlihatkan diameter zona hambat total dari ekstrak kulit kayu manis terhadap E. coli sebesar 43 mm dengan rerata 14,3mm, dan terhadap S. pyogenes diameter zona hambat total 75mm dengan rerata 25mm. Sehingga Ekstrak kayu manis memiliki efek antibakteri dalam menghambat pertumbuhan Escherichia coli dan Streptococcus pyogenes.
Dengan itu oleoresin kulit kayu manis (Cinnamomum bark) sangat cocok dibuat sebagai penghambat atau pembersih dari kuman dan bakteri dengan inovasi pembuatan antiseptik berupa hand sanitizer. Dan pembuatannya mudah yang dapat meningkatkan ekonomi masyarakat Indonesia dari pengembangan penggunaan kulit kayu manis.

B.     Landasan Teori
1.      Kayu manis
Kayu Manis merupakan tanaman rempah-rempahan berupa kulit dari batang, cabang dan dahan yang digunakan oleh sebagian besar penduduk Nusantara dan sebagai salah satu komoditas ekspor Indonesia. Tanaman kayu manis yang dibudidayakan di Indonesia terutama adalah Cinnamomum burmanii Blume dengan daerah produksinya di Sumatera Barat dan Jambi dan produknya dikenal dengan nama cassia-vera atau Korinjii cassia (Bakti, 2011)
                    Gambar 1. Kayu manis
            Kayu manis telah banyak digunakan dari nenek moyang terdahulu untuk penambah rasa pada makanan dan sebagai obat yang manjur. Berikut klasifikasi kayu manis yaitu:
Divisi                    : Magnoliophyta
Kelas                     : Magnoliopsida
Anak kelas            : Magnoliidae
Bangsa                  : Laurales
Suku                      : Lauraseae
Marga                   : Cinnamomum
Jenis                      : Cinnamomum burmani

Gambar 2. Tanaman Kayu Manis (Sumber: TRIPPER.2017)

2.      Kandungan Kayu Manis
Menurut Anto (2018) dalam penelitiannya kandungan kulit kayu manis adalah alkaloid, flavonoid, tannin dan minyak atsiri yang terdiri dari kamfer, safrol, eugenol, sinamaldehid, sinamilasetat, terpen, sineol, sitral, sitronelal, polifenol dan benzaldehid.

3.      Manfaat Kayu Manis
Dikutip dari Febrianti (2018) dalam websitenya yang menyatakan bahwa manfaat kayu manis yaitu sebagai antiinfeksi yang memiliki kemampuannya mengatasi infeksi. Hal ini karena kayu manis memiliki komponen anti infeksi natural. Dalam berbagai penelitian, kayu manis terbukti efektif menghilangkan bakteri H. Pylori yang dapat menyebabkan sakit maag dan berbagai jenis penyakit lainnya yang disebabkan bakteri.
Antiseptik yaitu manfaat dari kulit kayu manis lainnya yang berguna untuk mendukung kecantikan kulit, khususnya kecantikan wajah. Sebabnya kayu manis memiliki sifat antibiotik, antiseptik dan antimikroba yang akan melindungi kulit dari iritasi, ruam, reaksi alergi, dan infeksi. Manfaat kayu manis untuk wajah ini bisa kamu dapatkan dengan cara mengoleskan minyak esensial jika kulitmu mengalami peradangan, nyeri, atau kemerahan.

4.      Ekstrak Oleoresin
Dengan adanya kandungan dan manfaat dari kulit kayu manis pada penelitian ini menggunakan ekstrak kayu manis, yaitu oleoresin. Menurut Sulaswaty (2002) oleoresin merupakan senyawa polimer yang berbobot molekul besar dan lebih mudah larut dalam pelarut polar. Senyawa polimer ini merupakan campuran antara resin dan minyak atsiri yang dapat diekstrak dari berbagai jenis rempah rempah atau hasil samping dari limbah pengolahan rempah-rempah. Ekstraksi oleoresin Cinnamomum bark dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut organik seperti, metanol, etanol, n-heksana dan kloroform.
Penggunaan produk oleoresin yang berasal dari ekstraksi kayu manis memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan kayu manis itu sendiri, menurut jurnal yang ditulis oleh Bakti (2011) diantaranya lebih ekonomis, lebih mudah dikontrol dan lebih bersih. Oleoresin pada penelitian ini disebut juga dengan Cinnamomum bark.
Gambar 3. Ekstrak oleoresin kulit kayu manis
5.      Maserasi Pelarut
Maserasi adalah salah satu jenis metode ekstraksi dengan sistem tanpa pemanasan atau dikenal dengan istilah ekstraksi dingin, jadi pada metode ini pelarut dan sampel tidak mengalami pemanasan sama sekali. Sehingga maserasi merupakan teknik ekstraksi yang dapat digunakan untuk senyawa yang tidak tahan panas ataupun tahan panas. Namun biasanya maserasi digunakan untuk mengekstrak senyawa yang tidak tahan panas (termolabil) atau senyawa yang belum diketahui sifatnya. Karena metode ini membutuhkan pelarut yang banyak dan waktu yang lama (Erwin, 2017).
Metode maserasi memiliki kelebihan seperti cara pengerjaan dan unit alat yang digunakan sederhana, biaya operasional relatif rendah, serta dapat menghindari rusaknya senyawa-senyawa yang bersifat termolabil.
6.      Antiseptik
Penelitian ini dilakukan guna untuk menghasilkan produk terbarukan dari ekstrak oleoresin dari kulit manis menjadi produk antiseptik. Dalam jurnal yang disusun oleh Hamijaya (2014) antiseptik merupakan antibakteri yang melawan flora patologis secara mekanis, kimiawi atau gabungan keduanya, dengan tujuan untuk membunuh, menghambat atau menurunkan jumlah mikroorganisme.
7.      Hand Sinitiser
Antiseptik yang dikembangkan disini merupakan antiseptik berupa hand sinitiser. Hand sanitizer merupakan suatu produk sediaan cair yang penggunaannya tanpa menggunakan air. Produk ini berfungsi sebagai pemberi aroma yang sehat dan segar pada tangan sekaligus dapat membunuh kuman, yang saat ini banyak digemari oleh masyarakat untuk pemeliharaan kebersihan dan kesehatan tangan, serta mencegah pencemaran kuman pada saat hendak konsumsi makanan. sehingga sangat potensial untuk dikembangkan menjadi suatu produk (Fatimah, 2018)

C.     Metode
Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium. Penelitian pembuatan hand sanitizer ini dilakukan di Laboratorium Pendidikan Kimia FTK UIN Ar-Raniry Banda Aceh yang dilakukan dari 17 Oktober sampai dengan 25 Oktober 2019.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan antiseptik hand sanitizer diantaranya yaitu penyediaan alat dan bahan, ekstraksi kulit kayu manis, pembuatan hand sanitizer dan pengemasan produk. Berikut langkah-langkah pembuatannya:
1.    Penyediaan Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu blender, gelas kimia 500 mL dan 50 mL, timbangan analitik, gelas ukur 50 mL dan 25 mL, botol spray dan gel (wadah produk), gelas arloji, pipet tetes, spatula, corong dan erlenmeyer 250 mL. Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu kulit kayu manis, etanol 96%, aloe vera dan kertas saring.
2.    Ekstraksi Kulit Kayu Manis
Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi dengan menggunakan pelarut organik yaitu etanol 96% berikut langkah-langkahnya:
a)      Kulit kayu manis dihaluskan dengan blender.
b)      Sampel ditimbang sebanyak 100 gram.
c)      Dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL dan ditambahkan 150 mL etanol 96%.
d)     Dilakukan maserasi selama 7x24 jam dengan menutup rapat yang diletakkan pada suhu kamar dan kedap cahaya.
e)      Setelah 7x24 jam, maserasi dihentikan dan terbentuklah bidang pisah antara larutan.
f)       Diaduk hingga rata (melarut semuanya) dan dilanjutkan dengan disaring sampel yang telah dimaserasi.
g)      Didapatlah filtrat berwarna coklat tua yang disebut dengan oleoresin (minyak atsiri dan resin) dan residu kulit kayu manis.

3.    Pembuatan Hand Sanitizer
Hand Sanitizer dibuat dengan cara mencampurkan oleoresin, aloe vera dan etanol 96% dengan dua macam produk yaitu gel dan spray. Berikut langkah-langkahnya:
a)      Pembuatan Hand Sanitizer Gel
1)      Dimasukkan etanol 96% ke dalam botol gel sebanyak 15 mL.
2)      Dicampurkan dengan aloe vera sebanyak 10 spatula dan diaduk hingga menyatu.
3)      Ditambahkan 5 tetes oleoresin (Cinnamomum bark) dan diaduk kembali hingga larut dan menyatu semua dengan ditandai berubahnya warna menjadi coklat jernih.
4)      Botol gelnya ditutup dan dikocok lagi, agar aroma kayu manisnya menyatu.
b)      Pembuatan Hand Sanitizer Spray
1)      Dimasukkan etanol 96% ke dalam botol Spray sebanyak 20 mL.
2)      Dicampurkan dengan aloe vera sebanyak 5 spatula dan diaduk hingga menyatu.
3)      Ditambahkan 5 tetes oleoresin (Cinnamomum bark) dan diaduk kembali hingga larut dan menyatu semua dengan ditandai berubahnya warna menjadi coklat jernih.
4)      Botol Spraynya ditutup dan dikocok lagi, agar aroma kayu manisnya menyatu.

4.      Pengemasan Produk
Produk-produk yang dihasilkan dikemas dengan bagus dan rapi, dipasangkan brand sendiri yaitu bernama “Bofu-zai” serta dibuat semakin menarik dengan dimasukkan ke kemasan yang telah disediakan.

D.    Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dibuat dapat dilihat bahan-bahan yang digunakan untuk penelitian pada tabel dibawah ini sebagai berikut:
            Tabel 1. Hasil pengamatan bahan-bahan penelitian
No
Nama Bahan
Bentuk
Warna
1
Kulit kayu manis
Kulit kering
Coklat
2
Etanol 96%
Larutan
Tidak berwarna
3
Aloe vera
Gel
Tidak berwarna
4
Kertas saring
Kertas
Putih

Berdasarkan penelitian yang dibuat hasil penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini sebagai berikut:


Tabel 2. Hasil ekstraksi kulit kayu manis
No
Karakteristik
Sebelum Maserasi
Setelah Maserasi
1
Warna
Coklat
Coklat tua
2
Aroma
Dominan etanol
Kayu manis
3
Larutan
Tidak tercampur
Menyatu/bercampur
4
Tekstur
Encer
Kental

Berdasarkan penelitian yang dibuat hasil penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini sebagai berikut:
Tabel 3. Hasil pembuatan antiseptik hand sanitizer oleoresin Cinnamomum bark
No
Karakteristik
Hand Sanitizer Spray
Hand Sanitizer Gel
1
Warna
Coklat jernih
Coklat tua
2
Tekstur
Encer
Kental

E.      Pembahasan Hasil Penelitian
Bofu-zai berasal dari bahasa jepang yang berarti antiseptik. Produk berupa hand sanitizer, pada era milenial saat ini kebanyakan dari penduduk Indonesia menggunakannya sebagai pengganti air ketika setelah makan, memegang sesuatu yang kotor. Diduga dapat lebih praktis dan efektif membersihkan tangan tanpa air. Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah ekstrak oleoresin Cinnamomum bark atau yang lebih dikenal ekstrak kulit kayu manis, pada penelitian Noviano (2016) menyatakan bahwa kulit kayu manis dapat menghambat bakteri Escherichia coli dan Streptococcus pyogenes yang memperlihatkan diameter zona hambat total.
Penelitian pembuatan antiseptik ini dilakukan terlebih dahulu ekstraksi maserasi menggunakan larutan etanol selama 7x24 jam yang menghasilkan larutan kental yang berwarna coklat tua. Tujuan dari maserasi adalah untuk memisahkan antara zat berdasarkan perbedaan  massa jenis dan kepolarannya. Ekstraksi dengan metode maserasi digunakan karena metode ini sangat sederhana dan hemat biaya dibandingkan metode destilasi, soxhletasi dan perkolasi. Dan menurut penelitian yang dilakukan oleh Susanty (2016) menyatakan bahwa metode maserasi mudah dilakukan dan tidak perlu pemanasan sehingga kecil kemungkinan bahan alam menjadi rusak atau terurai, tetapi membutuhkan waktu maserasi atau perendaman yang sangat lama dengan minimal perendaman selama 3x24 jam dan kemungkinan ada senyawa lain yang ikut terekstraksi.
Setelah bahan bakunya dihasilkan dari ekstraksi dengan metode maserasi yaitu Cinnamomum bark dibuat menjadi antiseptik karena kandungannya dapat menghambat dan membunuh bakteri dan kuman. Antiseptik yang dibuat berupa hand sanitizer dengan dua macam yaitu gel dan spray. Penambahan etanol 96% di sini bertujuan untuk mencuci tangan dalam cairan ini karena kemampuannya yang efektif dalam membunuh bakteri, virus, dan jamur. Adapun kinerjanya adalah dengan cara memisahkan protein dan lemak sehingga tangan lebih cepat bersih (Atikah, 2017). Dan sebagai pelengkap menambahkan aloe vera di pembuatan hand sanitizer bertujuan untuk dapat melembabkan kulit yang di dalamnya mengandung zat polisakarida dan sterol, dan dapat menghaluskan kulit, sehingga sangat cocok untuk penambahan bahan dalam hand sanitizer (Alya, 2019).
Semua bahan yang dicampur dan diaduk hingga merata serta ditambahkan oleoresin Cinnamomum bark sehingga produk dihasilkan berupa hand sanitizer spray dan gel. Dengan komposisi yang sama tetapi kuantitas aloe vera yang digunakan berbeda sehingga tektur dan warna produk berbeda. Berikut produk hand sanitizer “Bofu-zai”:

Gambar 4. Produk Hand Sanitizer Gel dan Hand Sanitizer Spray
(belum berkemasan dan berkemasan)

F.      Penutup
Kesimpulan
      Berdasarkan penelitian pembuatan antiseptik hand sanitizer dari oleoresin Cinnamomum bark dapat disimpulkan bahwa ekstrak oleoresin yang dihasilkan pada kulit kayu manis dapat dibuat untuk antiseptik disebabkan kulit kayu manis dapat menghambat dan membunuh kuman atau bakteri dan aroma khas dari kayu manis yang memanjakan orang yang menggunakannya dan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat karena pembuatan yang mudah.
Saran
      Pembuatan hand sanitizer dari ekstrak bahan-bahan alam atau kulit kayu manis harus dilakukan dengan baik dan instrumen yang memadai, karena hasil ekstrak akan mempengaruhi produk terakhir dan senyawa yang diinginkan dapat dihasilkan.

Daftar Pustaka
Fatimah, Cut, dan Rani Ardani, “Pembuatan Hand Sanitizer (Pembersih Tangan
Tanpa Air) Menggunakan Antiseptik Bahan Alami”,
Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian 2018, Fakultas Farmasi, Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah Medan – Sumatera Utara, hal. 336-343.
Hamijaya, Legawa, Prihatiningsih dan Mario Goreti Widiastuti, (2014), “Perbedaan Daya Antibakteri Tetrachlorodecaoxide, Povidon Iodine dan Hidrogen Peroksida (H2O2) Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa Secara Invitro”, Ked. Gi, 5(4): 329-335.
Hananti, Alya, Berbagai Manfaat Lidah Buaya untuk Wajah, 23 April 2019. Diakses
pada tanggal 7 November 2019 dari situs:
https://www.alodokter.com/berbagai-manfaat-lidah-buaya-untuk-wajah.
Jos, Bakti, Bambang Pramudono dan Aprianto, (2011), “Ekstraksi Oleoresin dari
Kayu Manis Berbantu Ultrasonik dengan Menggunakan Pelarut Alkohol”, Reaktor, 13(4): 231-236.
Kemenperin.go.id, Indonesia Eksportir Utama Kayu Manis, 24 November 2008.
Diakses pada tanggal 17 Oktober 2019 dari situs: https://Indonesia-Eksportir-Utama-Kayu-Manis.%20%5B15.
Kusumadiningrum, Febrianti Diah, 15 Manfaat kayu manis dan madu bagi
kesehatan tubuh serta kecantikan
, 24 Mei 2018. Diakses pada tanggal 6 November 2019 dari situs: https://www.merdeka.com/sehat/manfaat-kayu-manis-kln.html.

Mauliddiyah, Atika, 15 Manfaat Etanol untuk Wajah dan Kehidupan, 25
Agustus 2019.
Diakses pada tanggal 7 November 2019 dari situs: https://manfaat.co.id/manfaat-etanol.

Permana, Erwin Irawan, Ekstraksi dengan Metode Maserasi (Tanpa Pemanasan) untuk bahan Pestisida, 20 Desember 2017. Diakses pada tanggal 6 November 2019 dari situs: http://balaipontianak.ditjenbun.pertanian.
go.id/web/page/title/218/ekstraksi-dengan-metode-maserasi-tanpa pemanasan-untuk-bahan-pestisida-nabati.
Repi, Noviano B., Christi Mambo dan Jane Wuisan, (2016), “Uji Efek
                        Antibakteri Ekstrak kulit kayu manis (Cinnamomum burmannii) terhadap
                        Escherichia coli dan Streptococcus pyogenesĆ­”, Jurnal e-Biomedik, 4(1): 1-5.
Sulaswaty, A., (2002), Proses Ekstraksi dan Pemurnian Bahan Pewangi dari
            Tanaman Indonesia
, Ristek - Data Riset, Pusat Penelitian Kimia – LIPI.
            Susanty dan Fairus Bachmid, (2016), “Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi
                        dan Refluks Terhadap Kadar Fenolik dari Ekstrak Tongkol Jagung (Zea
                        mays L
.)”, Konversi, 5(2): 87-93.