PERCOBAAN
4
JUDUL
PRAKTIKUM : KROMATOGRAFI LAPIS
TIPIS
TANGGAL
PERCOBAAN : 16 Mei 2016
1.
LATAR
BELAKANG
1.1 Definisi
Kromatografi
Kromatografi
adalah teknik pemisahan campuran yang berdasarkan kecepatan perambatan komponen
dalam medium tertentu. Uraian mengenai kromatografi pertama kali dijelaskan
oleh Michael Tswett, seorang ahli biotani Rusia yang bekerja di Universitas
Warsawa. Pada saat itu, Michael Tswett melakukan pemisahan klorofil dari
pigmen-pigmen lain dari ekstrak tanaman menggunakan kromatografi kolom yang
berisi dengan kalsium karbonat. Pada kromatografi, komponen- komponen yang akan
dipisahkan berada diantara dua fase yaitu fase diam ( stationary ) dan fase
bergerak ( mobile ). Fase diam adalah fase yang akan menahan komponen campuran
sedangkan fase gerak adalah fase yang akan melarutkan zat komponen campuran.
Komponen yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal atau tidak bergerak
sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat
(Sudarmadji, 2007).
1.2 Kromatografi
Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi lapis
tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu sampel yang ingin di
deteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan
kepolaran. Kromatografi lapis tipis adalah metode pemisahan fisika-kimia dengan
fase gerak (larutan pengembang yang cocok), dan fase diam (bahan berbutir) yang
diletakkan pada penyangga berupa plat gelas atau lapisan yang cocok. Pemisahan
terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan) lalu hasil pengembangan di
deteksi. Zat yang memiliki kepolaran yang sama dengan fase diam akan cenderung
tertahan dan nilai Rf-nya paling kecil. Kromatografi lapis tipis digunakan
untuk memisahkan komponen-komponen atas dasar perbedaan adsorpsi atau partisi
oleh fase diam di bawah gerakan pelarut pengembang.
Pemisahan komponen
suatu senyawa yang dipisahkan dengan kromatografi lapis tipis tergantung pada
jenis pelarut, zat penyerap dengan sifat daya serap masing-masing komponen.
Komponen yang terlarut akan terbawa oleh fase diam (penyerap) dengan
membandingkannya dengan standar yang sangat memakan waktu dan harus dilakukan
terpisah pada kondisi eluen yang sama. Dalam hal ini untuk mendapatkan resolusi
yang baik, penting untuk memilih dua campuran pelarut yang berbeda, meskipun
dengan kekuatan pelarut yang sama (Gandjar, 2008).
Hendayana, (2010) menyatakan bahwa pada
KLT, zat penyerap merupakan lapisan tipis serbuk halus yang dilapiskan pada
lempeng kaca, plastik atau logam secara merata, umumnya digunakan lempeng kaca.
Lempeng yang umumnya dapat dianggap sebagai kolom kromatografi terbuka dan
pemisahan yang tercapai dapat didasarkan pada adsorbsi, partisi atau kombinasi
kedua efek, tergantung dari jenis zat penyangga, cara pembuatan dan jenis
pelarut yang digunakan. KLT dengan lapis tipis penukar ion dapat digunakan
untuk pemisahan senyawa polar. Perkiraan identifikasi diperoleh dengan
pengamatan bercak dengan harga Rf yang identik dan ukuran hampir sama, dengan
menotolkan zat uji dan baku pembanding pada lempeng yang sama. Perbandingan
visual ukuran bercak yang dapat digunakan untuk memperkirakan kadar secara
semikuantitatif.
1.3 Penelitian
Terdahulu Tentang Distilasi
Ada pun penelitian terdahulu tentang
Studi Skrining Kimiawi Fraksi Non-Polar Rimpang Kunyit Curcuma Long A Dan
Aktivitas Biologi Sebagai Radical Scavenger, menggunakan KLT .Diketahui bahwa
kandungan kimia terpenting dari curcuma longa antara lain senyawa golongan
kurkuminoid, sesquiterpen, ar-tumerone dan turunannya, yang terkandungdi dalam
bagian-bagian tumbuhan tersebut.(Hiserodt,1996)
Ekstraksi dengan pelarut n-heksana bertujuan untuk mengekstrak senyawa nonpolar
yang terkandung di dalam rimpang kunyit. Proses ekstraksi ini, menghasilkan
massa berbentuk minyak Jurnal llmu dan Teknologi Pangan, Vol. 2, No. 1, April
2004 121 berwarna kuning pekat sebanyak 13,8 gram (1,97%). Uji Kromatografi
lapis Tipis (KLT) dilakukan dengan cara melarutkan sedikit minyak hasil
ekstraksi ke dalam etil asetat, kemudian ditotolkan pada lempeng KLT dan
dibiarkan mengering. Hasil kromotografi lapis tipis dengan fasa gerak n heksana
dan etil asetat (4:1 v/v). dan diketahui rf nya adalah sebagai berikut
Rf1 =0,18,Rf2 = 0,24,Rf3= 0.33,Rf4= 0.45,Rf5 = 0,56,Rf6 = 0.69,Rf7 = 0,76,Rf8= 0.87
Penelitian
tentang Standarisasi Parameter Non Spesifik Dan Perbandingan Kadar Kurkumin
Ekstrak Etanol Danekstrak Terpurifikasi Rimpang Kunyit, Kunyit (Curcuma
domestica Val.) merupakansalah satu tanamanyang mengandungsenyawa kurkumin
denganberbagaiaktivitas.
Pemanfaatan kurkumin dari rimpang kunyit yang banyak digunakan adalah dalam bentuk ekstrak etanol, namun masih terdapat zat ballast sehinggamenyebabkanrendahnyakadarkurkumin.
Hal ini dapat diupayakan dengan standarisasi ekstrak etanol yang terpurifikasi. Ekstrak etanol
rimpang kunyit dibuat dengan metode maserasi menggunakan etanol 96%. Ekstrak etanol direndam dengan heksan hingga fase heksan terlihatj ernih dan diperoleh ekstrak terpurifikasi yaitu
fase taklarut
heksan. Kadar kurkumin ditetapkan menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dengan fase diam silikage l60F dan fase gerak kloroform: etanol : asam asetat glasial (94:5:1) dan analisis kuantitatif menggunakan densitometri dengan panjang gelombang maksimum 426nm. Kadar air ekstrak ditetapkan menggunakan metode destilasi toluen, kadar abu dan kadar abu tidak larut asam ditetapkan menggunakan metode gravimetri. Hasil statistik dengan LSD menunjukkan perbedaan yang bermakna kadar kurkumin dan beberapa nilai
parameter non spesifik pada
ekstrak etanol dan ekstrak terpurifikasi.
2.
TUJUAN
Adapun
tujuan dari percobaan ini adalah untuk memperoleh kurkumin dari kunyit (Curcuma Longa L) menggunakan
kromatografi lapis tipis (KLT).
3.
TINJAUAN
PUSTAKA
3.1 Kukumin
(Curcuma Longa L)
Kurkumin adalah senyawa aktif yang ditemukan pada kunyit,
berupa polifenol dengan rumus kimia C21H20O6.
Kurkumin memiliki dua bentuk tautomer: keton dan enol. Struktur keton lebih
dominan dalam bentuk padat, sedangkan struktur enol ditemukan dalam bentuk
cairan. Kurkumin merupakan senyawa yang berinteraksi dengan asam borat
menghasilkan senyawa berwarna merah yang disebut rososiania.
Kurkumin dikenal karena sifat antitumor dan antioksidan yang
dimilikinya, selain itu banyak kegunaan medis seperti melindungi saraf,
mengurangi risiko radang otak vasospasma dan mengembalikan homeostasis energi
pada sistem otak yang terganggu akibat terluka atau trauma; menghambat dan
mengurangi penumpukan plak amiloid-beta pada penderita alzheimer.
Kurkumin merupakan salah satu
senyawa yang diisolasi dari tanaman Curcuma sp dan pemberi warna kuning pada
tanaman kunyit (Curcuma longa L).
Kurkumin banyak digunakan sebagai rempah-rempah dan pemberi warna pada makanan
dan juga pemberi warna pada tekstil. Secara tradisional kurkumin juga digunakan
dalam pengobatan berbagai penyakit seperti anoreksia, batuk, diabetes,
hepatitis, rematik dan sinusitis
Kurkumin terdapat pada berbagai genus Curcuma dalam jumlah
yang relatif kecil yaitu pada tanaman kunyit sekitar 3-4% yang terdiri dari
kurkumin I 94%, kurkumin II 6% dan kurkumin III 0,3%. Kurkumin merupakan
senyawa metabolit sekunder, dan secara kimia termasuk golongan fenolik.
Kurkumin diisolasi oleh Vogel dan Pellettier pada tahun 1818 tapi ditemukan
dalam bentuk kristal oleh Daube pada tahun 1870. Sintesis kurkumin pertama kali
dilakukan oleh Milobedzka pada tahun 1910. Kurkumin memiliki rumus molekul C21H20O6
dengan berat molekul 368,37. Kurkumin tidak larut dalam air namun larut dalam
kloroform, diklorometan, metanol, etanol, etil asetat, dimetilsulfoksida dan
aseton.
Kurkumin di alam terdapat
bersama-sama dengan dua senyawa lain yaitu demetoksi kurkumin dan bis-demetoksi
kurkumin, yang dikenal dengan nama kurkuminoid. Berdasarkan hasil penelitian
senyawa kurkumin yang diisolasi tersebut memiliki berbagai aktivitas biologis
seperti antibakteri, antiprotozoa, antivirus, antikoagulan, antioksidan,
antitumor dan antikarsinogenik. Sedangkan untuk senyawa demetoksi kurkumin dan
bis-demetoksi kurkumin memiliki aktivitas antioksidan.
3.2 Waktu
Retensi (Rf)
Waktu retensi adalah ukuran waktu mulai injeksi cuplikan
hingga suatu komponen campuran keluar kolom,dengan kata lain waktu yang
diperlukan oleh suatu komponen campuran (solut) untuk keluar dari kolom. Waktu
retensi diukur melalui kromatogram dari menit ke-0 hingga muncul puncak peak
(Hendayana, 2006).
Jarak antara jalannya pelarut bersifat relatif. Oleh karena
itu, diperlukan suatu perhitungan tertentu untuk memastikan spot yang terbentuk
memiliki jarak yang sama walaupun ukuran jarak plat nya berbeda. Nilai
perhitungan tersebut adalah nilai Rf, nilai ini digunakan sebagai nilai
perbandingan relatif antar sampel. Nilai Rf juga menyatakan derajat retensi
suatu komponen dalam fase diam sehingga nilai Rf sering juga disebut faktor
retensi. Nilai Rf dapat dihitung dengan rumus berikut:
Rf
= Jarak yang ditempuh substansi / Jarak yang ditempuh oleh pelarut
Semakin besar nilai Rf dari sampel maka semakin besar pula
jarak bergeraknya senyawa tersebut pada plat kromatografi lapis tipis. Saat
membandingkan dua sampel yang berbeda di bawah kondisi kromatografi yang sama,
nilai Rf akan besar bila senyawa tersebut kurang polar dan berinteraksi dengan
adsorbent polar dari plat kromatografi lapis tipis. Nilai Rf dapat dijadikan
bukti dalam mengidentifikasikan senyawa. Bila identifikasi nilai Rf memiliki
nilai yang sama maka senyawa tersebut dapat dikatakan memiliki karakteristik
yang sama sedangkan, bila nilai Rfnya berbeda, senyawa tersebut dapat dikatakan
senyawa yang berbeda.
6.
PEMBAHASAN
Kurkumin adalah senyawa yang terdapat pada kunyit Kurkumin
merupakan salah satu senyawa yang diisolasi dari tanaman Curcuma sp dan pemberi
warna kuning pada tanaman kunyit Curcuma longa L. Kurkumin banyak digunakan
sebagai rempah-rempah dan pemberi warna pada makanan dan juga pemberi warna
pada tekstil. Secara tradisional kurkumin juga digunakan dalam pengobatan
berbagai penyakit seperti anoreksia, batuk, diabetes, hepatitis, rematik dan
sinusitis. Hal ini berkaitan dengan pernyataan Cahyono, (2010) ia menyatakan
bahwa pada kunyit terdapat zat warna kuning alami yang diperbolehkan untuk
pewarna makanan, dan telah cukup lama
dikenal sebagai obat batuk, obat gangguan hati, rematik, dan sinusitis.
Larutan hasil ekstraksi kunyit ditotolkan 1 cm dari bawah
dan minimum 2 cm dari sisi pelat, sedemikian rupa sehingga terjadi noda teratur
yang maksimum berdiameter 6 mm. Penotol yang digunakan sebaiknya berdiameter
0,1 mm – 1 mm, sehingga larutan zat uji yang digunakan juga sesuai dengan apa
yang diinginkan. Pada percobaan ini penotol yang digunakan adalah pipa kapiler.
Tehnik pemisahan kromatografi lapis tipis, dapat dilakukan
dengan menotolkan 3 titik pada pelat KLT. Hal ini dilakukan agar pengulangan
terjadi pada satu plat yang sama dan hanya dipisahkan oleh jarak penotolannya.
Hasil dari KLT tersebut menunjukkan terpisahmya noda dari komponen campuran.
Bercak warna yang dihasilkan hanya satu yaitu bercak warna kuning yang
menandakan bahwa pada sampel terdapat kurkumin
Setelah daerah noda yang terpisah telah
dideteksi, maka perlu mengidentifikasi tiap individu dari senyawa. Metoda
identifikasi yang paling mudah adalah berdasarkan pada kedudukan dari noda
relatif terhadap permukaan pelarut, menggunakan harga Rf atau disebut juga
waktu retensi. Harga Rf merupakan parameter karakteristik kromatografi lapis
tipis. Harga ini merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu senyawa pada kromatogram
dan pada kondisi konstan merupakan besaran karakteristik dan reprodusibel.
Hasil dari pengukuran jarak yang ditempuh noda adalah 3.1 cm, 3 cm, dan 3.1 cm.
Jarak tempuh pelarut adalah 3.3 cm dengan demikian didapatkan hasil perhitungan
waktu retensi rata-rata adalah 0.929.
7.
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan
praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Waktu yang diperoleh yaitu Rf 1, = 0,97, Rf 2= 0,97, dan Rf 3=
0,97 dan diperoleh Rf total = 0,97
2. Plat yang digunakan ialah kertas kromatografi lapis
tipis yang di lapisi absorben yang berupa silica gel berwarna putih.
3. Keakuratan
pemisahan dengan metode KLT tergantung pada pemilihan adsorben sebagai fasa
diam, kepolaran pelarut, ukuran kolom terhadap jumlah material, dan laju fase
gerak.
4. Suatu
senyawa dikatakan murni jika noda yang ditotolkan terjerap, dengan bentuk yang
konstan atau tidak meninggalkan noktah pada jalan yang dilaluinya pada pelat.
5. Pelarut yang digunakan yaitu dengan perbandingan
CHCl3 : Etanol = 0,7 : 0,3 yang akan menunjukkan komponen utama.
7.2 Saran
1) Sebaiknya pada praktikum
selanjutnya, kegiatan praktikum, harus diperiksa alat dan bahan praktikum
sehingga praktikum dapat berjalan dengan lancar.
2) Kebersihan ruangan juga harus dijaga
sehingga kegiatan praktikum dapat berjalan dengan baik.
3) Praktikan harus menggunakan alat keselamatan seperti
masker dan sarung tangan saat melakukan praktikum.
4) Volume
larutan yang ditambahkan harus sesuai dengan prosedur agar proses destilasi
dapat berhasil.
5) Kurangnya ketelitian praktikan pada
saat melakukan percobaan disebabkan waktunya yang lama.
8.
DAFTAR
PUSTAKA
A. Herry Cahyana,Suhanah,2004,Studi Skrining Kimiawi Fraksi Non-Polar
Rimpang Kunyit Curcuma Long A Dan Aktivitas Biologi Sebagai Radical Scavenger,
depok,vol.2,No.1.
Afifah,
E., (2003), Khasiat dan Manfaat
Temulawak: Rimpang Penyembuh Aneka Penyakit, Jakarta: Agro Media Pustaka.
Barokati Azizah,Nina Salamah, 2013,Standarisasi Parameter Non Spesifik
Dan Perbandingan Kadar Kurkumin Ekstrak Etanol DanEkstrak Terpurifikasi Rimpang
Kunyit, Yogyakarta, Vol 3 no 1.
Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rahman. 2008. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar : Yogyakarta
Hendayana, S., (2010), Kimia Pemisahan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Khopkar, S. M.,
(2008), Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.
Puspasari,
(2010), Kamus Lengkap Kimia. Jakarta: Dwi Media Press.
Sudarmadji, S., dkk, 2007. Analisa
Bahan Makanan dan Pertanian. Penerbit Liberty: Yogyakarta.
Yazid,
Estien, 2005, Kimia Fisika untuk paramedis. Yogyakarta: Andi Offset.
0 komentar:
Posting Komentar