PENGOLAHAN EKSTRAK OLEORESIN KAYU
MANIS (Cinnamomum bark) MENJADI
ANTISEPTIK HAND SANITIZIER
Oleh:
Ainul Ihsan Mahendra
NIM. 160208016
Abstrak
Kayu Manis (Cinnamomum burmani) adalah bahan alami yang selama ini dikenal
sebagai bumbu dalam masakan tetapi ternyata ada mengandung khasiat obat seperti
antiseptik. Indonesia merupakan salah satu pengekspor kayu manis terbesar di
dunia terutama yang berbentuk kulit kering, tetapi yang berbentuk serbuk dan
oleoresin atau minyak atsiri sangat sedikit. Dilihat dari hal tersebut
penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pemanfaatan kulit kayu manis
terutama oleoresin menjadi antiseptik hand
sanitizer. Kandungan dalam oleoresin kulit kayu manis (Cinnamomum bark) dapat menghambat dan membunuh bakteri ataupun
kuman. Pembuatan hand sanitizer dari
oleoresin Cinnamomum bark dilakukan
dengan beberapa langkah yaitu penyediaan alat dan bahan, ektraksi kulit kayu
manis dengan metode maserasi menggunakan etanol, pembuatan hand sanitizer dengan campuran alkohol dan aloe vera dan pengemasan produk. Dengan adanya pengembangan ini
dapat meningkatkan ekonomi masyarakat Indonesia.
Kata Kunci: Kayu manis, maserasi, Cinnamomum bark,
hand sanitizer
A.
Pendahuluan
Indonesia merupakan negara terbesar
yang memiliki berbagai macam rempah-rempah. Setiap pelosok daerah Nusantara
masih banyak yang menggunakan rempah-rempah pada masakan untuk menambahkan cita
rasa, biasanya pada makanan tradisional. Contohnya kayu manis atau yang disebut
juga Cinnamomum burmani yang
merupakan salah satu contoh rempah-rempah yang masih digunakan oleh penduduk
Indonesia. Daerah penghasil kayu manis ini banyak tersebar di Sumatera Barat,
Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Produksi kayu manis di Indonesia
sangat tinggi menurut data Kementerian Perindustrian (2008) Indonesia masih
menjadi produsen dan eksportir utama kayu manis dengan pangsa pasar 25% senilai
US$ 25,4 juta. Luas areal pertanaman kayu manis di Indonesia mencapai 135.000
hektar (Ha) dengan produksi 103.594 ton. Namun sejumlah Negara mulai menyaingi
seperti, Tiongkok, Vietnam dan Sri Langka. Ekpor kayu manis Indonesia sebagian
besar 95% dalam bentuk gulungan dan broken,
sedangkan bentuk powder masih sangat sedikit.
Kayu manis (Cinnamomum burmani) di Indonesia biasanya digunakan untuk
menambahkan citarasa dan aroma pada makanan dalam bentuk bubuk atau kulit.
Tetapi seiring berkembangnya ilmu pengetahuan kulit kayu manis diolah menjadi
minyak atsiri dan oleoresin yang akan diolah kembali menjadi sebuah produk.
Pengolahan dan pemanfaatan minyak atsiri ataupun oleoresin di Indonesia lebih
rendah dibandingkan dari Eropa dan Amerika, untuk itu Indonesia sangat
berpeluang dalam meningkatkan hasil prosuksi minyak atsiri dan oleoresin karena
Indonesia merupakan pengimpor terbesar di Dunia. Minyak atsiri didapat melalui
destilasi sedangkan oleoresin didapatkan melalui ekstraksi dengan cara maserasi
menggunakan pelarut organik seperti metanol, etanol ataupun isopropil alkohol.
Minyak atsiri dan oleoresin memiliki
harga yang lebih mahal daripada bahan baku kulit kayu manisnya sehingga
kebanyakan produsen menambahkan oleoresin pada makanan, minuman, farmasi,
pewarna dan lain-lain. Menurut Sulaswaty (2002) ekstrak kayu manis oleoresin memiliki
keuntungan apabila dibandingkan dengan bahan bakunya yaitu lebih ekonomis,
lebih mudah dikontrol dan lebih bersih. Dan ekstrak kulit kayu manis minyak
atsiri memiliki keuntungan juga yaitu flavor
stabil terhadap panas selama pengolahan.
Oleoresin kayu
manis (Cinnamon bark) memiliki
kegunaan yang sangat bagus dalam pembersihan dari kuman yang bisa diolah untuk
menjadi antiseptik. Antiseptik ini dibuat dalam berupa gel dan spray agar
penggunaannya lebih memudahkan para konsumen menggunakannya yang disebut juga hand sanitizer. Menurut penelitian
Noviano (2016) menyatakan bahwa kulit kayu manis dapat menghambat bakteri Escherichia
coli dan Streptococcus pyogenes yang memperlihatkan diameter zona hambat total dari ekstrak
kulit kayu manis terhadap E. coli sebesar 43 mm dengan rerata 14,3mm,
dan terhadap S. pyogenes diameter zona hambat total 75mm dengan rerata
25mm. Sehingga Ekstrak kayu manis memiliki efek antibakteri dalam menghambat
pertumbuhan Escherichia coli dan Streptococcus pyogenes.
Dengan itu oleoresin kulit kayu
manis (Cinnamomum bark) sangat cocok dibuat sebagai penghambat atau
pembersih dari kuman dan bakteri dengan inovasi pembuatan antiseptik berupa hand
sanitizer. Dan pembuatannya mudah yang dapat meningkatkan ekonomi masyarakat
Indonesia dari pengembangan penggunaan kulit kayu manis.
B.
Landasan Teori
1.
Kayu manis
Kayu Manis merupakan tanaman
rempah-rempahan berupa kulit dari batang, cabang dan dahan yang digunakan oleh
sebagian besar penduduk Nusantara dan sebagai salah satu komoditas ekspor
Indonesia. Tanaman kayu manis yang dibudidayakan di Indonesia terutama
adalah Cinnamomum burmanii Blume dengan daerah produksinya di Sumatera
Barat dan Jambi dan produknya dikenal dengan nama cassia-vera atau Korinjii
cassia (Bakti, 2011)
Gambar 1. Kayu manis
Kayu
manis telah banyak digunakan dari nenek moyang terdahulu untuk penambah rasa
pada makanan dan sebagai obat yang manjur. Berikut klasifikasi kayu manis
yaitu:
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas :
Magnoliopsida
Anak kelas :
Magnoliidae
Bangsa :
Laurales
Suku :
Lauraseae
Marga :
Cinnamomum
Gambar 2. Tanaman Kayu Manis (Sumber:
TRIPPER.2017)
2. Kandungan Kayu Manis
Menurut
Anto (2018) dalam penelitiannya kandungan kulit kayu manis adalah alkaloid,
flavonoid, tannin dan minyak atsiri yang terdiri dari kamfer, safrol, eugenol,
sinamaldehid, sinamilasetat, terpen, sineol, sitral, sitronelal, polifenol dan
benzaldehid.
3. Manfaat Kayu Manis
Dikutip dari
Febrianti (2018) dalam websitenya yang menyatakan bahwa manfaat kayu manis yaitu sebagai antiinfeksi yang memiliki kemampuannya mengatasi infeksi. Hal ini karena
kayu manis memiliki komponen anti infeksi natural. Dalam berbagai
penelitian, kayu manis terbukti efektif menghilangkan bakteri H. Pylori yang dapat menyebabkan
sakit maag dan berbagai jenis penyakit lainnya yang disebabkan bakteri.
Antiseptik
yaitu manfaat dari kulit kayu manis lainnya yang berguna untuk mendukung
kecantikan kulit, khususnya kecantikan wajah. Sebabnya kayu manis memiliki
sifat antibiotik, antiseptik dan antimikroba yang akan melindungi kulit dari
iritasi, ruam, reaksi alergi, dan infeksi. Manfaat kayu manis untuk wajah ini
bisa kamu dapatkan dengan cara mengoleskan minyak esensial jika kulitmu
mengalami peradangan, nyeri, atau kemerahan.
4.
Ekstrak
Oleoresin
Dengan
adanya kandungan dan manfaat dari kulit kayu manis pada penelitian ini
menggunakan ekstrak kayu manis, yaitu oleoresin. Menurut Sulaswaty (2002) oleoresin merupakan
senyawa polimer yang berbobot molekul besar dan lebih mudah larut dalam pelarut
polar. Senyawa polimer ini merupakan campuran antara resin dan minyak atsiri
yang dapat diekstrak dari berbagai jenis rempah rempah atau hasil samping dari
limbah pengolahan rempah-rempah. Ekstraksi oleoresin Cinnamomum bark dilakukan dengan
metode maserasi menggunakan pelarut organik seperti, metanol, etanol, n-heksana
dan kloroform.
Penggunaan
produk oleoresin yang berasal dari ekstraksi kayu manis memiliki beberapa keuntungan
dibandingkan dengan kayu manis itu sendiri, menurut jurnal yang ditulis oleh
Bakti (2011) diantaranya lebih ekonomis, lebih mudah dikontrol dan lebih bersih. Oleoresin pada penelitian ini disebut juga
dengan Cinnamomum bark.
Gambar 3. Ekstrak oleoresin kulit kayu manis
5.
Maserasi Pelarut
Maserasi adalah salah satu jenis metode ekstraksi dengan sistem tanpa
pemanasan atau dikenal dengan istilah ekstraksi dingin, jadi pada metode ini
pelarut dan sampel tidak mengalami pemanasan sama sekali. Sehingga maserasi
merupakan teknik ekstraksi yang dapat digunakan untuk senyawa yang tidak tahan
panas ataupun tahan panas. Namun biasanya maserasi digunakan untuk mengekstrak
senyawa yang tidak tahan panas (termolabil) atau senyawa yang belum diketahui
sifatnya. Karena metode ini membutuhkan pelarut yang banyak dan waktu yang lama
(Erwin, 2017).
Metode
maserasi memiliki kelebihan seperti cara pengerjaan dan unit alat yang
digunakan sederhana, biaya operasional relatif rendah, serta dapat menghindari
rusaknya senyawa-senyawa yang bersifat termolabil.
6. Antiseptik
Penelitian ini dilakukan guna untuk menghasilkan
produk terbarukan dari ekstrak oleoresin dari kulit manis menjadi produk
antiseptik. Dalam jurnal yang disusun oleh Hamijaya (2014) antiseptik merupakan
antibakteri yang melawan flora patologis secara
mekanis, kimiawi atau gabungan keduanya, dengan tujuan untuk membunuh,
menghambat atau menurunkan jumlah mikroorganisme.
7.
Hand Sinitiser
Antiseptik yang dikembangkan disini merupakan antiseptik
berupa hand sinitiser. Hand sanitizer merupakan suatu produk sediaan cair
yang penggunaannya tanpa menggunakan air. Produk ini berfungsi sebagai pemberi
aroma yang sehat dan segar pada tangan sekaligus dapat membunuh kuman, yang
saat ini banyak digemari oleh masyarakat untuk pemeliharaan kebersihan dan
kesehatan tangan, serta mencegah pencemaran kuman pada saat hendak konsumsi
makanan. sehingga sangat potensial untuk dikembangkan menjadi suatu produk
(Fatimah, 2018)
C.
Metode
Jenis
penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium. Penelitian
pembuatan hand sanitizer ini
dilakukan di Laboratorium Pendidikan Kimia FTK UIN Ar-Raniry Banda Aceh yang
dilakukan dari 17 Oktober sampai dengan 25 Oktober 2019.
Langkah-langkah
yang dilakukan dalam pembuatan antiseptik hand
sanitizer diantaranya yaitu penyediaan alat dan bahan, ekstraksi kulit kayu
manis, pembuatan hand sanitizer dan
pengemasan produk. Berikut langkah-langkah pembuatannya:
1.
Penyediaan Alat dan Bahan
Alat-alat
yang digunakan pada penelitian ini yaitu blender, gelas kimia 500 mL dan 50 mL,
timbangan analitik, gelas ukur 50 mL dan 25 mL, botol spray dan gel (wadah produk), gelas arloji, pipet tetes, spatula,
corong dan erlenmeyer 250 mL. Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini
yaitu kulit kayu manis, etanol 96%, aloe
vera dan kertas saring.
2.
Ekstraksi Kulit Kayu Manis
Ekstraksi
dilakukan dengan metode maserasi dengan menggunakan pelarut organik yaitu
etanol 96% berikut langkah-langkahnya:
a) Kulit kayu manis dihaluskan dengan
blender.
b) Sampel ditimbang sebanyak 100 gram.
c) Dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250
mL dan ditambahkan 150 mL etanol 96%.
d) Dilakukan maserasi selama 7x24 jam
dengan menutup rapat yang diletakkan pada suhu kamar dan kedap cahaya.
e) Setelah 7x24 jam, maserasi
dihentikan dan terbentuklah bidang pisah antara larutan.
f) Diaduk hingga rata (melarut
semuanya) dan dilanjutkan dengan disaring sampel yang telah dimaserasi.
g) Didapatlah filtrat berwarna coklat
tua yang disebut dengan oleoresin (minyak atsiri dan resin) dan residu kulit
kayu manis.
3.
Pembuatan Hand Sanitizer
Hand Sanitizer dibuat dengan cara mencampurkan
oleoresin, aloe vera dan etanol 96% dengan dua macam produk yaitu gel dan spray. Berikut langkah-langkahnya:
a) Pembuatan Hand Sanitizer Gel
1) Dimasukkan etanol 96% ke dalam botol
gel sebanyak 15 mL.
2) Dicampurkan dengan aloe vera sebanyak 10 spatula dan diaduk
hingga menyatu.
3) Ditambahkan 5 tetes oleoresin (Cinnamomum bark) dan diaduk kembali
hingga larut dan menyatu semua dengan ditandai berubahnya warna menjadi coklat
jernih.
4) Botol gelnya ditutup dan dikocok
lagi, agar aroma kayu manisnya menyatu.
b) Pembuatan Hand Sanitizer Spray
1) Dimasukkan etanol 96% ke dalam botol Spray sebanyak 20 mL.
2) Dicampurkan dengan aloe vera sebanyak 5 spatula dan diaduk
hingga menyatu.
3) Ditambahkan 5 tetes oleoresin (Cinnamomum bark) dan diaduk kembali
hingga larut dan menyatu semua dengan ditandai berubahnya warna menjadi coklat
jernih.
4) Botol Spraynya ditutup dan dikocok lagi, agar aroma kayu manisnya
menyatu.
4.
Pengemasan Produk
Produk-produk
yang dihasilkan dikemas dengan bagus dan rapi, dipasangkan brand sendiri yaitu bernama “Bofu-zai”
serta dibuat semakin menarik dengan dimasukkan ke kemasan yang telah
disediakan.
D.
Hasil Penelitian
Berdasarkan
penelitian yang dibuat dapat dilihat bahan-bahan yang digunakan untuk
penelitian pada tabel dibawah ini sebagai berikut:
Tabel
1. Hasil pengamatan bahan-bahan penelitian
No
|
Nama
Bahan
|
Bentuk
|
Warna
|
1
|
Kulit
kayu manis
|
Kulit
kering
|
Coklat
|
2
|
Etanol
96%
|
Larutan
|
Tidak
berwarna
|
3
|
Aloe vera
|
Gel
|
Tidak
berwarna
|
4
|
Kertas
saring
|
Kertas
|
Putih
|
Berdasarkan
penelitian yang dibuat hasil penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini
sebagai berikut:
Tabel 2. Hasil ekstraksi kulit kayu manis
No
|
Karakteristik
|
Sebelum
Maserasi
|
Setelah
Maserasi
|
1
|
Warna
|
Coklat
|
Coklat
tua
|
2
|
Aroma
|
Dominan
etanol
|
Kayu
manis
|
3
|
Larutan
|
Tidak
tercampur
|
Menyatu/bercampur
|
4
|
Tekstur
|
Encer
|
Kental
|
Berdasarkan
penelitian yang dibuat hasil penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini
sebagai berikut:
Tabel 3. Hasil pembuatan antiseptik hand sanitizer oleoresin Cinnamomum bark
No
|
Karakteristik
|
Hand Sanitizer Spray
|
Hand Sanitizer Gel
|
1
|
Warna
|
Coklat
jernih
|
Coklat
tua
|
2
|
Tekstur
|
Encer
|
Kental
|
E.
Pembahasan Hasil Penelitian
Bofu-zai
berasal dari bahasa jepang yang berarti antiseptik. Produk berupa hand sanitizer, pada era milenial saat
ini kebanyakan dari penduduk Indonesia menggunakannya sebagai pengganti air
ketika setelah makan, memegang sesuatu yang kotor. Diduga dapat lebih praktis
dan efektif membersihkan tangan tanpa air. Bahan baku yang digunakan pada
penelitian ini adalah ekstrak oleoresin Cinnamomum
bark atau yang lebih dikenal ekstrak kulit kayu manis, pada penelitian Noviano
(2016) menyatakan bahwa kulit kayu manis dapat menghambat bakteri Escherichia
coli dan Streptococcus pyogenes yang memperlihatkan diameter zona hambat total.
Penelitian pembuatan antiseptik
ini dilakukan terlebih dahulu ekstraksi maserasi menggunakan larutan etanol
selama 7x24 jam yang menghasilkan larutan kental yang berwarna coklat tua.
Tujuan dari maserasi adalah untuk memisahkan antara zat berdasarkan perbedaan massa jenis dan kepolarannya. Ekstraksi dengan
metode maserasi digunakan karena metode ini sangat sederhana dan hemat biaya
dibandingkan metode destilasi, soxhletasi dan perkolasi. Dan menurut penelitian
yang dilakukan oleh Susanty (2016) menyatakan bahwa metode maserasi mudah
dilakukan dan tidak perlu pemanasan sehingga kecil kemungkinan bahan alam
menjadi rusak atau terurai, tetapi membutuhkan waktu maserasi atau perendaman
yang sangat lama dengan minimal perendaman selama 3x24 jam dan kemungkinan ada
senyawa lain yang ikut terekstraksi.
Setelah bahan bakunya dihasilkan
dari ekstraksi dengan metode maserasi yaitu Cinnamomum
bark dibuat menjadi antiseptik karena kandungannya dapat menghambat dan
membunuh bakteri dan kuman. Antiseptik yang dibuat berupa hand sanitizer dengan dua macam yaitu gel dan spray. Penambahan etanol 96% di sini bertujuan untuk mencuci tangan dalam cairan ini karena kemampuannya
yang efektif dalam membunuh bakteri, virus, dan jamur. Adapun kinerjanya adalah
dengan cara memisahkan protein dan lemak sehingga tangan lebih cepat bersih (Atikah,
2017). Dan sebagai pelengkap menambahkan aloe
vera di pembuatan hand sanitizer bertujuan
untuk dapat melembabkan kulit yang di dalamnya mengandung zat
polisakarida dan sterol, dan dapat menghaluskan kulit,
sehingga sangat cocok untuk penambahan bahan dalam hand sanitizer (Alya, 2019).
Semua
bahan yang dicampur dan diaduk hingga merata serta ditambahkan oleoresin Cinnamomum bark sehingga produk
dihasilkan berupa hand sanitizer spray dan gel. Dengan komposisi yang
sama tetapi kuantitas aloe vera yang digunakan berbeda sehingga tektur dan
warna produk berbeda. Berikut produk hand
sanitizer “Bofu-zai”:
Gambar 4. Produk Hand Sanitizer Gel dan Hand
Sanitizer Spray
(belum
berkemasan dan berkemasan)
F.
Penutup
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian pembuatan
antiseptik hand sanitizer dari
oleoresin Cinnamomum bark dapat
disimpulkan bahwa ekstrak oleoresin yang dihasilkan pada kulit kayu manis dapat
dibuat untuk antiseptik disebabkan kulit kayu manis dapat menghambat dan
membunuh kuman atau bakteri dan aroma khas dari kayu manis yang memanjakan
orang yang menggunakannya dan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat karena
pembuatan yang mudah.
Saran
Pembuatan hand sanitizer dari ekstrak bahan-bahan alam atau kulit kayu manis
harus dilakukan dengan baik dan instrumen yang memadai, karena hasil ekstrak
akan mempengaruhi produk terakhir dan senyawa yang diinginkan dapat dihasilkan.
Daftar Pustaka
Fatimah, Cut, dan Rani Ardani, “Pembuatan Hand
Sanitizer (Pembersih Tangan
Tanpa Air) Menggunakan Antiseptik Bahan Alami”, Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian 2018, Fakultas Farmasi, Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah Medan – Sumatera Utara, hal. 336-343.
Tanpa Air) Menggunakan Antiseptik Bahan Alami”, Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian 2018, Fakultas Farmasi, Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah Medan – Sumatera Utara, hal. 336-343.
Hamijaya, Legawa, Prihatiningsih dan
Mario Goreti Widiastuti, (2014), “Perbedaan Daya Antibakteri
Tetrachlorodecaoxide, Povidon Iodine dan Hidrogen Peroksida (H2O2)
Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa
Secara Invitro”, Ked. Gi, 5(4):
329-335.
Hananti, Alya, Berbagai Manfaat Lidah Buaya untuk Wajah, 23
April 2019. Diakses
pada tanggal 7 November 2019 dari situs: https://www.alodokter.com/berbagai-manfaat-lidah-buaya-untuk-wajah.
pada tanggal 7 November 2019 dari situs: https://www.alodokter.com/berbagai-manfaat-lidah-buaya-untuk-wajah.
Jos,
Bakti, Bambang Pramudono dan Aprianto, (2011), “Ekstraksi Oleoresin dari
Kayu Manis Berbantu Ultrasonik dengan Menggunakan Pelarut Alkohol”, Reaktor, 13(4): 231-236.
Kayu Manis Berbantu Ultrasonik dengan Menggunakan Pelarut Alkohol”, Reaktor, 13(4): 231-236.
Kemenperin.go.id,
Indonesia Eksportir Utama Kayu Manis,
24 November 2008.
Diakses pada tanggal 17 Oktober 2019 dari situs: https://Indonesia-Eksportir-Utama-Kayu-Manis.%20%5B15.
Diakses pada tanggal 17 Oktober 2019 dari situs: https://Indonesia-Eksportir-Utama-Kayu-Manis.%20%5B15.
Kusumadiningrum, Febrianti Diah, 15 Manfaat kayu manis dan
madu bagi
kesehatan tubuh serta kecantikan, 24 Mei 2018. Diakses pada tanggal 6 November 2019 dari situs: https://www.merdeka.com/sehat/manfaat-kayu-manis-kln.html.
kesehatan tubuh serta kecantikan, 24 Mei 2018. Diakses pada tanggal 6 November 2019 dari situs: https://www.merdeka.com/sehat/manfaat-kayu-manis-kln.html.
Mauliddiyah, Atika, 15 Manfaat Etanol untuk Wajah dan Kehidupan, 25
Agustus 2019. Diakses
pada tanggal 7 November 2019 dari situs: https://manfaat.co.id/manfaat-etanol.
Permana, Erwin Irawan, Ekstraksi dengan Metode Maserasi (Tanpa
Pemanasan) untuk bahan Pestisida, 20 Desember 2017. Diakses pada tanggal 6
November 2019 dari situs: http://balaipontianak.ditjenbun.pertanian.
go.id/web/page/title/218/ekstraksi-dengan-metode-maserasi-tanpa pemanasan-untuk-bahan-pestisida-nabati.
go.id/web/page/title/218/ekstraksi-dengan-metode-maserasi-tanpa pemanasan-untuk-bahan-pestisida-nabati.
Repi, Noviano B., Christi Mambo dan Jane Wuisan,
(2016), “Uji Efek
Antibakteri Ekstrak kulit kayu manis (Cinnamomum burmannii) terhadap
Escherichia coli dan Streptococcus pyogenesĆ”, Jurnal e-Biomedik, 4(1): 1-5.
Antibakteri Ekstrak kulit kayu manis (Cinnamomum burmannii) terhadap
Escherichia coli dan Streptococcus pyogenesĆ”, Jurnal e-Biomedik, 4(1): 1-5.
Sulaswaty, A., (2002),
Proses Ekstraksi dan Pemurnian Bahan
Pewangi dari
Tanaman Indonesia, Ristek - Data Riset, Pusat Penelitian Kimia – LIPI.
Tanaman Indonesia, Ristek - Data Riset, Pusat Penelitian Kimia – LIPI.
Susanty dan Fairus Bachmid, (2016), “Perbandingan
Metode Ekstraksi Maserasi
dan Refluks Terhadap Kadar Fenolik dari Ekstrak Tongkol Jagung (Zea
mays L.)”, Konversi, 5(2): 87-93.
dan Refluks Terhadap Kadar Fenolik dari Ekstrak Tongkol Jagung (Zea
mays L.)”, Konversi, 5(2): 87-93.